Selasa, 07 Juli 2009

Pendidikan Anak Usia Dini




Strategi Pembelajaran Sosial Anak Usia Dini
Setiyo Utoyo

Dalam memfasilitasi proses perkembangan anak ke arah yang positif dan kondusif, guru, pendidik perlu mengupayakan melalui kreativitasnya dengan memvariasikan berbagai strategi dalam kegiatan pembelajarannya. Dengan berbagai cara menggabungkan berbagai strategi pembelajaran yang guru berikan maka akan merangsang sensory (indra) anak selalu terlibat dalam pembelajaran. Untuk itu, strategi pembelajaran perlu dikombinasikan dengan cara yang berbeda dalam melakukan aktivitas yang memilki fungsi dan bentuk secara beragam. Guru dapat menerapkan beberapa macam aktivitas belajar sosial anak yang umumnya dilakukan dalam pembelajaran pada anak TK atau Usia Dini diantara :

Demonstrasi
Demonstrasi diartikan sebagai pemberian contoh dari seseorang, baik guru atau orang lain, kepada anak. Secara umum demonstrasi melibatkan satu yang mendemonstrasikan kepada orang lain, mengenai bagaimana sesuatu itu bekerja atau bagaimana tugas itu dikerjakan, kapan orang mendemonstrasikan sesuatu guru menggunakan metode demonstrasi, biasanya untuk mendemonstrasikan instruksi pada anak-anak umum da tiga tahap penggunaan model demonstrasi yaitu:
• Menghasilkan atensi anak
• Menunjukkan sesuatu pada anak
• Meminta anak untuk merespon apa yang dilihatnya dengan lisan atau perbuatan.
Contoh penerapan strategi pembelajaran demontrasi pada anak TK atau usia dini. Seperti pada pengembangan seni (1) Guru terlebih dahulu mempersiapkan alat gambar, (2) Guru mendemonstrasikan salah satu gambar, (3) Anak dapat meniru gambar yang dimonstrasikan oleh guru, (4) anak memperlihatkan hasilnya kepada guru.
Misal: bagaimana guru menjelaskan dan menunjukkan cara membuat garis lurus dan garis lengkung dan menggunakan alat tulis seperti spidol, kapur. Garis lurus dapat dibuat panjang dan dapat dibuat pendek. Dapat dibuat mendaftar, tegak lurus, miring ke kanan, miring ke kiri dan lain sebagainya.
Dengan kegiatan demonstrasi, guru dapat meningkatkan pemanfaatan pemahaman anak melalui penglihatan dan pendengaran. Anak diminta untuk memperhatikan dan mendengarkan baik-baik semua keyerangan guru sehingga ia lebih paham tentang cara mengerjakan sesuatu. Dengan demikian selanjutnya anak dapat meniru bagaimana caranya melakukan hal tersebut seperti yang dicontohkan oleh guru.
Ada beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan pleh dengan menggunakan kegiatan demonstrasi, misalkan: mengamati bagaimana cara menggunting pola pada ketas gambar. Mulai dari cara memegang kertas gambar dengan tangan kiri, memegang gunting di tangan kanan secara benar. Dan mulai menggunting dari titi awal dan diteruskan sampai selesai.
Manfaat kegiatan demonstrasi dapat dipergunakan untuk memenuhi dua fungsi. Pertama, dapat dipergunakan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak. Bagi anak dapat melihat bagaimana sesuatu peristiwa berlangsung, lebih menarik, dan merangsang perhatian, serta lebih menantang daripada hanya mendengar penjelasan guru. Misalnya dalam menjelaskan konsep-konsep yang berkaitan nilai-nilai sosial akan lebih berhasil bila penerapan nilai-nilai tersebut didramatisasi dengan menggunakan ilustrasi. Contoh bila guru menanamkan nilai-nilai Pancasila pada anak diperlukan ilustrasi melalui simulasi. Seperti dalam kehidupan sehari-hari dalam ilustrasi peristiwa keluarga: saat berangkat sekolah, makan bersama, mengunjungi teman sakit dan sebagainya.
Kedua, demonstrasi dapat membantu meningkatkan daya pikir anak usia dini, TK terutama daya pikir anak dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir konvergen, dan berpikir evaluatif. Pengembangan daya pikir yang dimulai di anak usia dini, TK, akan sangat membantu anak dalam memperoleh pengalaman belajar di bidang ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial.

Tantangan
Proses pembelajaran adalah proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir secara intuitif atau bereksplorasi. Apapun yang diberikan (learning how to learn) dan melakukan (learning how to do). Apabila guru akan memberikan informasi yang sudah jadi yang siap “ditelan” siswa, akan tetapi informasi yang mampu membangkitkan siswa untuk mau “mengunyahnya”, untuk memikirkannya sebelum ia ambil kesimpulan. Untuk itu dalam hal-hal tertentu sebaiknya guru memberikan informasi yang “meragukan”, kemudian karena keraguan itulah siswa terangsang untuk membuktikannya.
Menurut hasil penelitian terdapat hubungan yang erat antara proses memperoleh pengalaman yang sebenarnya dengan pendidikan (Kolb, 1985:5). Oleh karena itu, pendidikan untuk anak usia dini, TK harus diintegrasikan dengan lingkungan kehidupan anak yang banyak menghadapkan anak dengan pengalaman langsung. Karena lingkungan merupakan kehidupan sebagai pribadi dan terutama lingkungan kehidupan anak dalam kelompok, banyak memberikan pengalaman bagaimana cara melakukan sesuatu yang terdiri atas serangkaian tingkah laku yang dimaksud.
Di dalam kehidupan kelompok, masing-masing anak belajar untuk dapat mengatur diri sendiri agar dapat membina persahabatan, berperan serta dalam kegiatan kelompok, memecahkan masalah yang dihadapi kelompok dan bekerjasama dalam kelompoknya.
Tugas guru bertindak sebagai fasilitator yang harus menyediakan alat-alat dan bahan ajaran beserta media yang berorientasi pada kebutuhan dan minat, yang menantang anak untuk mencurahkan kemampuan dan keterampilan serta kreativitasnya dalam melaksanakan bagian pekerjaan yang menjadi bagianya dan kelompoknya.

Solusi atau Cara Pemecahan Masalah
Aktivitas pemecahan masalah merupakan variasi dari pengalaman ”Guided Discovery” Mosston dan Asworth (1994) menguraikan makna pemecahan masalah adalah bahwa, ” Anak merencanakan, memprediksi, mengambil keputusan, mengobservasi hasil dari aksinya, dan membuat kesimpulan sementara guru bertindak sebagai fasilitator. Anak-anak dibangkitkan melalui berbagai masalah pengembangan fisik, motorik, sosial-emosional, kognitif, bahasa dan nilai-nilai moral.
Kadang-kadang masalah itu muncul secara alamiah. Masalah terbaik bagi anak adalah berpikir tentang keterlibatannya dengan berbagai cara, dengan menggabungkan berbagai informasi secara benar, dan memiliki lebih dari satu upaya jalan keluarnya atau solusi.
Beberapa tahapan yang dapat dilakukan guru dalam menggunakan strategi pembelajaran pemecahan masalah :
• Menyadari adanya masalah dengan mengidentifikasi
• Mengumpulkan informasi
• Merancang solusi
• Menguji coba solusi
• Mengambil kesimpulan
• Menyampaikan hasil.
Contoh penerapan strategi pemecahan masalah pada anak usia dini, TK sebagai berikut: (1). Anak diberikan beberapa benda yang sudah ada nomornya dari 1-10, (2) anak diminta untuk mengurutkan benda 1-5 berdasarkan urutan tinggi rendah: besar-kecil: berat-ringan:dan tebal-tipis, (3) anak dapat memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 2 pola yang berurutan, (4) anak dapat mengambil kesimpulan mengenai urutan yang sebenarnya, (5) anak dapat menceritakan hasilnya kepada gurunya.

Informasi Langsung
Anak usia dini (usia TK) mempunyai dorongan yang kuat untuk mengenal lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosial lebih baik. Anak ingin memahami segala sesuatu yang dilihat dan didengar. Segala sesuatu yang diamati oleh indranya. Untuk menggapai dorongan tersebut anak berusaha menemukan jawabannya dengan berbagai cara. Misalnya, jawaban terhadap segala sesuatu yang dilihat, didengar, dicium, dirasakan atau diraba itu. Tentang bagaimana terjadinya, dari mana segala sesuatu itu berasal. Atau apa yang terjadi bila sesuatu itu dipegang, diubah kedudukannya, dibanting dan sebagainya.
Rasa ingin tahu anak usia dini (TK) tidak terbatas pada hal-hal tersebut di atas melainkan juga berusaha untuk menemukan sendiri jawaban yang berkaitan dengan upaya memahami manusia yang berada dilingkungannya, yaitu tentang bagaimana cara bergaul dengan teman, pada perasaan teman terhadap saya, mengapa teman melakukan hal itu kepada saya, dan sebagainya.
Untuk memperoleh informasi dan pengalaman anak usia dini (TK) mempunyai dorongan yang kuat untuk menjelajahi dan meneliti lingkungannya. Dengan menggerakkan atau memainkan sesuatu, anak medmperoleh pengalaman. Anak juga mempunyai dorongan yang kuat untuk menguji dan mencoba kemampuan dan keterampilanya terhadap sesuatu. Kegiatan menguji dan mencoba ini tidak hanya memberikan kesenagan bagi anak melainkan juga memberi pemahamn yang lebih baik tentang sifat-sifat yang dimiliki sesuatu benda. Karena itu, bila anak mendapatkan kesempatan untuk bereksperimentasi, mencoba, menguji dengan berbagai sumber belajar mereka akan memperoleh penyempurnaan dalam cara kerja mereka dan juga dapat mengapresiasi cara kerja anak lain.
Untuk memenuhi dorongan ingin memahami lingkunganya anak seringkali berbicara sendiri, bertanya kepada teman atau teman yang ditemuinya. Anak ingin berbagi informasi, ingin bertukar pendapat, ingin menayakan sesuatu. Pembicaraan anak biasanya berpusat pada kejadian-kejadian dalamkeluarga, hewan peliharaanya, kakak adik, alat permainanany da sebagainya. Untuk itu kita dapat memanfaatkan topik-topik tersebut dapat dimanfaatkan bagi guru sebagai daya tarik dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.


Daftar Pustaka

Ayahbunda, Balita dan masalah perkembangannya, Gaya Favorit Press. Jakarta: 2002
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Acuan Menu Pembelajaran Pada Anak Dini Usia (Menu Pembelajaran Generik), Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta : 2002
Hurlock, E.B, Perkembangan anak, edisi 6, Erlangga Jakarta: 1993
Pechevies, M., Supervision of Early Chilhood Development (ages 0-6) in the frame work of basic Healt h Service, Children in the Tropices 1974
Santrock, John. Life –Span Development, Jakarta:Erlangga, 1995
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Baru, Bandung: Rosda Karya, 1995
Yudha M Saputra, Rudyanto, Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK, Depdiknas, Dikti, Jakarta, 2005

1 komentar: